Nenek, Pendaki Sejati
Dahulu, ketika saya masih kecil, mungkin sekitar usia anak
SD, saya sudah mulai melakukan hiking yang luar biasa ketinggiannya. Jelas,
karena badan saya kecil, untuk seukuran 1000 mdpl itu sudah WOW..
Awalnya, saudara saya yang mengajak. Teh Eneng namanya. Kala
itu dia masih kelas 4 SD. Dia sering sekali menemani nenek naik gunung untuk
sekedar mengambil potongan rerumputan liar untuk makanan domba serta potongan
kayu untuk bahan bakar hawu.
Pasti diantara kalian ada yang belum tau ya apa itu hawu?
Baiklah akan saya coba jelaskan semampu saya J
Hawu itu bahasa sunda dari tungku batu atau kompor
berbahan dasar batu. Bahan bakarnya cukup dengan beberapa potong kayu bakar
juga minyak tanah dan ditambah api. Tentu kalau tanpa api, mana bisa potongan
kayu itu terbakar, kecuali bila disambar petir. Hehe
Suatu hari, teh eneng mengajak saya untuk naik gunung. “Da,
hayu ikut teteh ke gunung, kita ambil suluh yang banyak buat persediaan
di hawu sama jukut buat embe..”.
Baik, saya jelaskan dulu kata-kata yang miring itu ya. Suluh adalah batang kayu kecil atau ranting sedangkan embe adalah domba.
Segera saya berpikir, gunung kan tinggi, waduh
pasti cape banget ini.. Kemudian jawab saya, “mau teh, tapi jauh, pasti cape
ya?”. Teh eneng yang merupakan anak pramuka dengan semangat menjawab dengan
tertawa, “haha, yaiyalah awal-awal mah, tapi kalau udah sering mah gak akan
cape da..”
Hmm, baiklah, saya siap! Hanya berbekal ular besar dan ular
kecil secukupnya serta beralaskan sandal jepit. Tidak memakai tas gunung, sandal
gunung, apalagi sepatu ceko. Waktu itu saya belum kenal dengan benda-benda itu.
Jalur yang dilalui ternyata cukup terjal. Banyak batu-batu
besar seperti bongkahan meteor yang saya lewati di sana. Sempat saya berpikir
bahwa pasti ini memang meteor beneran yang jatuh dari langit. Perlu diteliti
oleh arkeolog dulu sih. Bisa jadi ini batu dari perut bumi..
Ditengah pendakian, saya mulai merasa lelah. Saya meminta
kepada nenek untuk istirahat sejenak. Dan wooowww! Ada saung dan sawah kecil
yang indah, disertai aliran air gunung yang keluar dari pipa bamboo dengan
derasnya. Saya hampiri dan saya sentuh air gunung yang menyejukkan itu. Ah
segarnya.. Memang kala itu panas sekali, padahal kami sudah berangkat dari pagi
hari, walau agak siang memang nyatanya karena lambatnya langkah saya
sepertinya, hehe
Alhamdulillaah akhirnya sampai juga di ketinggian kurang
lebih 1000 mdpl. Kami pun membuat lapak untuk tempat istirahat kami. Saya hanya
mengamati nenek dan saudara saya yang sedang melaksanakan tugasnya. Memotong
rumput, memotong kayu, kemudian dikumpulkan dan diikat oleh sebuah lilitan yang
sudah nenek siapkan.
Setelah semua tertunaikan, akhirnya kami makan ular besar
dan ular kecil yang kami bawa. Loh? Bukannya ular itu haram ya? Haha, ini
istilah lain dari makan berat dan makan ringan, biasa dipergunakan oleh anak menwa
(Resimen Mahasiswa). Langsung BAHAS!!!
Selanjutnya kami pun turun gunung. Lumayan lama kami berada
disini. Apalagi senangnya, saya diizinkan nenek untuk jalan ke puncaknya, penuh
dengan pohon pinus yang menjulang tinggi juga semak belukar. Angin berhembus
begitu kencang hingga kain kerudung saya berterbangan. Saya melihat burung elang membawa ular di
kakinya! Ah, sayang saya belum punya kamera jadi tidak bisa saya abadikan.
Nenek, sejak kecil sudah dekat dengan gunung. Hidupnya
selalu bersama gunung. Kaki dan mentalnya sudah terlatih. Bangga memiliki nenek
perkasa sepertinya. J
Sekarang, usianya sudah lanjut. Saya khawatir kondisi
fisiknya yang sudah mulai menurun menyebabkan ia tidak bisa mendaki lagi sampai
puncak, Gunung Palasari. Ya, demikian ia menyebutnya.
Terima kasih banyak ya Nek, sudah mengenalkan cucumu dengan gunung.
Semoga rahmat-Nya senantiasa bersamamu, Nek. aamiin :)
3 komentar
Neneknya keren deh..
BalasHapusHai salam kenal ya..
BalasHapusSemangat ngeblognya ya!
Itu gunung apa?
Kalo boleh kasi saran better pake background putih biar jelas baca blognya hehe..
Tolong mampir juga ya www.misstravelerefa.com :)
iya nenek saya luar biasa :D
BalasHapusiya terima kasih semangatnya.. :)
nenek saya bilang sih ini namanya gunung palasari.. belum tau juga nama sebenarnya apa.. hehe
nuhun sarannya, nanti sy coba ya :)